Tampilkan postingan dengan label PERSPEKTIF ALKITAB. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PERSPEKTIF ALKITAB. Tampilkan semua postingan

Minggu, 31 Mei 2020

Tentang Kekuatiran

|| godvine.com ||

"|Bagaimana harus bersikap terhadap kekuatiran?|,,
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, khawatir atau kuatir diberikan arti: takut (gelisah, cemas) terhadap suatu hal yang belum diketahui dengan pasti. Jadi, kuatir itu berhubungan dengan perasaan takut, gelisah atau cemas terhadap hal apa saja yang belum ada kepastian. Kita kuatir akan hari esok tentang hidup yang akan kita lalui yang pasti belum pasti. Belum pasti apakah hujan atau panas, belum pasti apakah ada makan atau tidak, belum pasti bertemu atau tidak bertemu seseorang, dan lain sebagainya.

Terkadang, kita telah melakukan usaha namun hasilnya belum pasti. Misalnya, kalau sakit kita berupaya mengobati namun belum langsung sembuh. Kalau tak ada pendapatan, kita berusaha bekerja tapi hasil kerja kita belum pasti sesuai harapan atau tidak. Hal-hal seperti itu mendatangkan kekuatiran.

Sebuah puisi berjudul "kuatiryang tayang di kompasiana.com 20 April 2020 memberikan gambaran tentang kuatir dan cara menghadapinya.

          [Baca konten puisi di kompasiana.com, klik: "kuatir"

Penggalan bait awal tertulis seperti ini:

Malam ini...
Ragaku tak berdaya....
Nyeri menikam tubuhku...
Nurani insani menjerit...
Alam pikir tak setimbang...
Sesuatu membuatku takut...
Kuatir !!!

Bait ini hendak berkisah tentang contoh dari kekuatiran yang bisa berupa ketiadaberdayaan tubuh manusia karena sakit, yang digambarkan dalam larik puisi: "ragaku tak berdaya, nyeri menikam tubuhku..." Situasi kesakitan membuat kekuatiran dan ketakutan dalam rasa dan pikir dirangkai dalam larik kalimat: "Nurani insani menjerit, alam pikir tak setimbang..."

Bagaimana pengalaman penulis puisi tersebut menghadapi kekuatiran?

Bait selanjutnya berkisah,
Kucoba tenangkan diri

mencari cara hapus rasa ini

Berusaha menenangkan diri dan mencari cara bagaimana menghapus atau menghilangkan rasa kuatir memang merupakan upaya yang umum kita lakukan. Menenangkan diri dengan menarik nafas dalam, menahannya dalam hitungan detik dan kemudian melepaskannya, merupakan salah satu teknik menenangkan diri. Mengalihkan perhatian kita ke hal lainnya misalnya mendengar musik dan melakukan aktivitas fisik merupakan cara yang biasanya kita lakukan dengan maksud tidak memikirkan hal yang mengkhawatirkan tersebut.

Untuk sementara, cara atau teknik itu bisa menenangkan dan mengalihkan perhatian kita. Namun, beberapa saat kemudian, apalagi ketika kita dituntut untuk harus memikirkan hal yang mengkhawatirkan itu, maka kita sadar usaha-usaha kita tak mampu menghilangkan situasi dan perasaan kuatir secara permanen.

Kuatir adalah sesuatu hal yang manusiawi, namun kurang baik jika kita memeliharanya terus menerus. Lalu apa yang disarankan oleh puisi diatas untuk kita lakukan?

 Namun
Tak ada cara yang bisa kutempuh
Selain berdoa, pasrah berserah
Segala asa dan cita
Segala kuatir insani
dalam genggam tanganMu
Tuhan ...

Cara paling utama dan ampuh adalah berdoa dan berserah pada Tuhan. Kuatir memang manusiawi, namun kita adalah manusia dengan segala kekurangan, Kita tak mampu menghadapi semua problema hidup. Yang kita butuh hanya 1, yaitu kuasa dari Tuhan yang dapat kita peroleh dengan berdoa dan pasrah berserah pada otoritas Tuhan. Penuh keyakinan, bukan memaksa Tuhan menuruti kehendak kita.

Alkitab memberikan penegasan soal menyerahkan kekuatiran kepada Tuhan, misalnya dalam 2 nats berikut:

1 Petrus 5:7 (TB)
"Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu."

Mazmur 55:23 (TB)
Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.

Tunggu apa lagi, serahkanlah segala kekuatiranmu kepada Tuhan dalam doa dan permohonan. Ketika kita menyerahkan dengan ikhlas, berarti kekuatiran itu, bukan milik kita lagi, melainkan milik Tuhan atau dalam kekuasaan Tuhan. Kecuali jika kita tak iklas menyerahkan.....

Tetap semangat jalani hidup. JBU, Ora et Labora.

(MyT)

Jumat, 15 Februari 2013

GMIM & LINGKUNGAN HIDUP

Logo Kampanye LH GMIM 2012

Dewasa ini, isu dan problematika lingkungan hidup semakin menarik perhatian berbagai pihak. Hal mana sejalan dengan  meningkatnya kesadaran terhadap arti penting pelestarian lingkungan hidup dalam eksistensi manusia dan seluruh ciptaan, juga distimulus oleh fakta-fakta dampak perusakan lingkungan dan ancaman bencana global lingkungan hidup. Dalam konteks global, berbagai isu dan problematika yang mengemuka diantaranya adalah: pemanasan global dan perubahan iklim (global warming and climate change), kemiskinan ekologis, ekonomi dan lingkungan. Dalam konteks lokal, berbagai persoalan juga mengemuka dengan karakteristik yang berbeda sesuai dengan karakter habitat lokal. Sekalipun sifatnya lokal, namun jika diabaikan maka akan memberi pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan manusia dan masa depan bumi serta ciptaan lainnya secara umum. Karenanya, berbagai problema lokal lingkungan harus diberi perhatian yang lebih serius oleh semua pihak termasuk gereja.

Perspektif ALKITAB tentang LINGKUNGAN HIDUP



Dalam perspektif kristiani, dengan bersumber dari Alkitab, konsern gereja terhadap lingkungan paling tidak dapat dilihat dalam perspektif : perjanjian, penciptaan, penatalayanan dan pembebasan.

A. Motif perjanjian:
“sesungguhnya Aku mengadakan perjanjian-Ku dengan kamu dan dengan keturunanmu, dan dengan segala mahluk hidup yang bersama-sama dengan kamu: burung-burung, ternak dan binatang liar di bumi yang bersama-sama dengan kamu............... dan Allah berfirman: “inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan kamu serta segala mahluk yang hidup, yang bersama-sama dengan kamu, turun temurun, untuk selama-lamanya” (Kej 9:9-12)
B. Motif Penciptaan:
“Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik” (Kej. 1:31a).
“Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya................. Apabila Engkau mengirim Roh-Mu mereka tercipta; dan Engkau membaharui muka bumi” (Mazmur 104:27, 29-30)
“TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya” (Mazmur 24:1)
C. Motif Penatalayanan
Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara ......................... Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi” (Kej 1:26-28)
Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu (Kej. 2:15)
D. Motif Pembebasan
......tetapi dalam pengharapan, karena mahluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. Sebab kita tahu sampai sekarang segala mahluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin (Roma 8:21-22)